Our social:

Friday 27 February 2015

Sekilas Argo Bromo Anggrek (ABA)

Dilihat dari namanya, tentu sudah tidak asing lagi. Ya, kereta nomor wahid ini merupakan produk pengembangan dari Kereta Api Argo Bromo, yang adalah salah satu dari dua kereta kelas Eksekutif yang menyandang gelar 'Argo' bersama dengan Argo Gede. Kereta Api Argo Bromo diluncurkan pada tanggal 31 Juli 1995, menyambut peringatan Hari Teknologi Indonesia tanggal 12 Agustus 1995, dan menjelang peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka tanggal 17 Agustus 1995.

Dua tahun berselang, pada tanggal 24 September 1997, PERUMKA menambahkan alternatif baru untuk perjalanan relasi Jakarta-Surabaya dan sebaliknya, dengan meluncurkan Kereta Api Argo Bromo Anggrek dengan 3 set kereta kelas Eksekutif Argo yang berbeda dari yang pernah ada saat itu. Masing-masing set terdiri dari 8 kereta kelas Eksekutif, 1 kereta makan, dan 1 kereta pembangkit listrik. Seluruh rangkaian Argo Bromo Anggrek menggunakan bogie K9 bolsterless, dan dilengkapi air suspension, untuk memberikan kenyamanan lebih dibandingkan pendahulunya, Argo Bromo, yang menggunakan bogie K8 tanpa air suspension. Oleh karena itu, terdapat perbedaan pada kereta pembangkit Argo Bromo Anggrek, yaitu dilengkapi peralatan yang memungkinkan pengoperasian sistem suspensi udara yang ada. Tampilan eksteriornya pun diberi nuansa putih-merah muda, dengan tulisan "Argo Bromo Anggrek" di dekat pintu. Nuansa ini berbeda dengan sentuhan warna putih dan garis abu-abu yang menjadi corak kereta kelas Eksekutif Argo saat itu.


Corak putih-merah muda yang menjadi ciri khas rangkaian Argo Bromo Anggrek (sumber: Google Images)

Selain faktor teknis, kereta ini mulanya terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Eksekutif reguler (K1) dan kelas Eksekutif spesial (KZ). Kereta kelas spesial yang ditawarkan dalam perjalanan Argo Bromo Anggrek berbeda dengan kereta kelas spesial dalam perjalanan Argo Bromo. Dengan konfigurasi tempat duduk 2-2, kursi kereta kelas spesial ini dibalut dengan bahan kulit dan memiliki lebar yang lebih luas dibandingkan kursi kereta kelas Eksekutif reguler. Selain itu, kereta kelas spesial ini dilengkapi leg rest dan beberapa unit komputer, sehingga penumpang dapat mengakses Internet selama perjalanan berlangsung. Sedangkan untuk fasilitas yang tersedia pada kereta kelas Eksekutif reguler, terdapat 50 tempat duduk (13 baris) berbalut bahan beludru, yang seluruhnya juga dilengkapi dengan leg rest.

Interior kelas Eksekutif spesial (KZ) Argo Bromo Anggrek (sumber: Google Images)
Interior kelas Eksekutif reguler (K1) Argo Bromo Anggrek (sumber: Google Images)

Pada saat peluncurannya, Argo Bromo Anggrek ditargetkan dapat melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya (dan sebaliknya) dalam waktu 8,5 jam, lebih cepat dari yang ditargetkan untuk perjalanan Argo Bromo. Oleh sebab itu, Argo Bromo Anggrek mendapatkan kode JS-852, yang memiliki arti Jakarta-Surabaya 8,5 jam dan kereta diluncurkan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 52 tahun. Untuk memenuhi target waktu tempuh tersebut, maka rangkaian Argo Bromo Anggrek dipasangkan dengan lokomotif seri CC 203 (GE U20C) produksi GE Locomotive Indonesia (Madiun), yang dapat dipacu hingga kecepatan 120 km/h. Walaupun pada saat itu teknologi belum secanggih saat ini (persinyalan mekanik, jalur tunggal/single track di hampir seluruh jalur yang ditempuh), namun ketepatan waktu Argo Bromo Anggrek saat itu dapat diandalkan. Dengan harga tiket yang terjangkau, penumpang dimanjakan seperti sedang berada dalam hotel berjalan. Semua ini sejalan dengan standar TOP 21 yang diterapkan PERUMKA, yang dapat disimpulkan dengan tiga kata: cepat, aman, dan nyaman.

Kereta Api Argo Bromo Anggrek ditarik lokomotif nomor seri CC 203 19 (sumber: Railpictures.net)

Seiring perkembangan waktu, tingginya minat penumpang untuk menggunakan Kereta Api Argo Bromo Anggrek secara perlahan menurunkan tingkat okupansi Kereta Api Argo Bromo, hingga akhirnya layanan Argo Bromo dihentikan. Sejak saat itu, perjalanan kereta api kelas Eksekutif rute Jakarta-Surabaya via Semarang (jalur utara) tinggal menyisakan Argo Bromo Anggrek (pagi dan malam) dan Sembrani (malam), serta Gumarang (malam, campuran kelas Eksekutif dan Bisnis). Sedangkan rangkaian yang dahulu digunakan Argo Bromo, kini dialihkan untuk melayani Kereta Api Bima relasi Jakarta-Surabaya via Yogyakarta (jalur selatan).

Sejak peluncurannya 16 tahun silam, Kereta Api Argo Bromo Anggrek menjadi primadona perkeretaapian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kemewahan dan kecanggihan rangkaiannya, juga statusnya dalam Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) yang menempati urutan teratas (nomor perjalanan KA 1 sampai 4). Sayangnya, rangkaian kereta api yang sedemikian canggihnya ternyata kurang bersahabat dengan kondisi jalur kereta api di Indonesia. Sejak tahun 1997, rangkaian dengan bogie bolsterless ini tidak jarang mengalami insiden anjlokan. Bahkan, ketika rangkaian Argo Bromo Anggrek anjlok saat dilangsir di Stasiun Manggarai, 30 Juli 2010 yang lalu, Menteri Perhubungan saat itu, Freddy Numberi, langsung menginstruksikan pihak PT. KAI untuk menarik (grounding) seluruh rangkaian yang sejenis, yang saat itu digunakan Kereta Api Argo Bromo Anggrek dan Kereta Api Argo Sindoro (Jakarta-Semarang). Sejak perintah tersebut diturunkan, PT. Industri Kereta Api (INKA) Madiun selaku pembuat rangkaian melakukan perbaikan besar-besaran. Akhirnya, menyambut arus mudik Lebaran 2011 yang lalu, rangkaian Argo Bromo Anggrek kembali diluncurkan dengan penampilan yang baru (facelift). Rangkaian Argo Bromo Anggrek saat ini mengusung tema "Go Green", hal itu dapat dilihat dari tampilan eksterior rangkaian yang kini bernuansa putih-hijau dengan tulisan "Go Green", dan toilet yang ramah lingkungan. Sayangnya, leg rest kini tidak lagi tersedia pada rangkaian Argo Bromo Anggrek "Go Green".


Tampilan eksterior dan interior Argo Bromo Anggrek "Go Green" (sumber: Google Images)

Perkembangan livery

Dalam kurun waktu 16 tahun pengoperasiannya, rangkaian Argo Bromo Anggrek pernah menggunakan empat jenis livery/corak rangkaian. Corak pertama, yang digunakan mulai tahun 1997, adalah corak putih dengan garis merah muda yang mengelilingi deretan jendela kereta. Corak kedua mengganti garis merah muda dengan garis-garis ungu yang diletakkan di bawah jendela. Corak ini tidak digunakan pada seluruh rangkaian Argo Bromo Anggrek hingga ditarik tahun 2010. Corak ketiga, yang diperkenalkan seiring dengan pengoperasian kembali rangkaian Argo Bromo Anggrek, adalah corak putih dengan garis hijau di bawah jendela, dan tulisan "Go Green" serta sehelai daun di samping pintu.




Dari atas ke bawah: corak putih-merah muda, putih-ungu, dan putih-hijau yang pernah terdapat pada rangkaian Argo Bromo Anggrek (sumber: Google Images dan Flickr)

Selain ketiga corak tersebut, terdapat pula corak berwarna putih-biru. Corak ini hanya pernah terdapat pada salah satu unit kereta makan KA Argo Bromo Anggrek, dengan nomor seri M1-97903 (Dipo Kereta SBI).


Jadwal kereta api

Sesuai dengan Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA 2013), berikut jadwal kereta api Argo Bromo Anggrek, yang saya ambil dari e-book jadwal kereta api 2013 yang dirilis oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero):

Jadwal KA Argo Bromo Anggrek menurut GAPEKA 2013 (sumber: PT KAI)

Sekian ulasan yang dapat saya susun bertepatan dengan peringatan 16 tahun pengoperasian Kereta Api Argo Bromo Anggrek, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Adapun arsip foto yang saya unggah berasal dari berbagai sumber, karena saya sendiri belum berkesempatan mendokumentasikan rangkaian Argo Bromo Anggrek, baik sebelum maupun sesudah facelift. Sekian dan terima kasih.
Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.