Berikut adalah rincian Sejarah Musik yang Berkembang di Indonesia
Prasejarah
Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan
musik Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui
batas bahasa, kebudayaan bahkan agama. Bagi orang barat, India sering
disamakan dengan Indonesia. Mereka menyebut India dengan Indie
(Nedherland-Oost) yang maksudnya Indonesia.
Anggapan
semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di
Indonesia tidak diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu
penjajahan Belanda masih bercokol di bumi Indonesia.
Khasanah
seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat
disejajarkan dengan seni klasik di negeri yang berkembang.
A. Jaman Prasejarah (sebelum abab 1 Masehi)
Ternyata
prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki
oleh para arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu
antara tahun kira-kira 2500 Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi
menemukan perkembangan kebudayaan termasuk musik sampai saat ini.
Menurut
Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1
dari Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000
Sebelum Masehi di Asia Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide
(penduduk asli), orang Melanesia (berasal dari Asia Tengah) dan orang
Negrito (mungkin dari India).
Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka
membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama
di Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun
dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Mereka
memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang
ditiup bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di
CinaSheng dan di Kalimantan dengan nama Kledi. dengan nama
Alat
ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik
bambu yang sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang
bambu dengan ukuran yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin
menimbulkan bunyi bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di
Bali sampai sekarang).
Alat
musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah
mengalami suatu proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti
xylofonAsia Tenggara dalam bentuk berbeda-beda: sebagai’tatung’ di
Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’ di Birma,
‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah
diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi. yang tersebar
diseluruh
2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut
para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di
sekitar abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina
SelatanAnnam. Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku dari
daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan
berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan
pula oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang menemukan bahwa para
penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang
sama (yang memang kemudian berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada
jaman sekarang didukung oleh hampir semua ahli sejarah. bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga kebudayaan musik.
Diperkirakan
bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat
Annam, pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu,
sehingga terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak
hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara.
Maka
kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini
berlangsung dari abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada
abad 3-2 Sebelum Masehi.
Bagaimana
dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang
musik mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka
musiknya berat.
Menurut
ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh
kelompok Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog
mula-mula tersebar di seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama
dipelihara di Jawa dan Bali. Karena tidak ada catatan maka tidak dapat
diketahui teori musik yang melatarbelakangi tangga nada yang unik ini.
tangga nada
Gong-gong
yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa.
Rupa-rupanya mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara
magig (mistik). ternyata ditemukan dalam penggalian di
Pengaruh
dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia
waktu itu tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu
perkembangan : benda-benda dari perunggu dan besi yang masuk
“kasalisator”: meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak ada
perunggu (timah dan kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa
waktu abad-abad pertama Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam,
terutama perunggu.
B. Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)
Suatu
‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal
besar-besar di teluk PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun
menjadi intensif (sebelumnya diperkirakan lalu lintas terjadi terutama
lewat daratan). Terutama pedagang India mendatangi daerah-daerah
Indonesia sejak abad 2 dan 3 Masehi untuk perdagangan. Maka pengaruh
India di Indonesia dan tambah besar, baik dari segi perdagangan dan
politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari
dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan
IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan
kemudian di Jawa dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh
kebudayaan India mencapai puncaknya dari pertengahan abad 8 Masehi
sampai abad 11 Masehi dimana fase kreativitas yang sangat tinggi. Pada
masa itu berkembanglah kebudayaan Jawa berupa musik dan tari, arsitektur
dan seni rupa, pada waktu itu dibangunlah Candi Borobudur dan Candi
PrambananIndonesia dari masa lalu sampai sekarang. pada abad 4 Masehi.
Mereka mendirikan pusatnya di pulau yang menjadi kebanggaan bangsa
Selain
tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan
rupanya diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi.
Menurut cerita tangga nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas
petunjuk dewa Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval
yang sama (6/5 dari sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian.
Malah dalam penggalian di JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat
kuno dengan tangga nada yang mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan
interval sekon-sekon dan terts kecil), sama halnya dengan tangga nada
Perkembangan
musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta
Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di
Asia Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat
disukai. Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan
paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain
Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang, suatu tradisi yang
nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.
Waktu
orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam
alat musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun
alat musik yang diimpor dari India seperti gendamg, termasuk gendang
dari tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi, suling, angklung,
alat tiup (semacam hobo), xylofon (bentuknya setengah gambang, setengah
calung), sapeq, sitar dan harpa dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu
dalam macam-macam ukuran, gong, saron, bonang. Tidak dapat disangkal
bahwa alat musik mula-mula dimainkan menurut kebiasaan India.
Selain
itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah
besar kumpulan bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang,
gong-gong, namun tidak jelas dari abad berapa. Tidak semua alat musik
tersebut di atas bertahan di Jawa dalam perkembangan waktu selanjutnya.
Namun nampak bahwa alat musik ini telah dipakai sebelum jaman Hindu.
Perlu diketahui bahwa musik gamelan sebagai musik herefon dengan pola
ritme yang kaya, keindahannya terletak justru dalam bunyi bersama dari
lagu dan irama yang saling melengkapi menjadi satu ‘simfoni nada dan
irama’. Sedangkan musik India termasuk musik solotis (vocal maupun
instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel sebagai iringan.
Namun aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam satu
orkes, untuk memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain.
Bahwa
seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat
disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari
jaman itu serta dari naskah-naskah kuno yang rajin menyebut nama alat
musik dan sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes mengalami suatu
perkembangan alat musik yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam
musik tradisional Jawa: gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran,
gambang ditambah sejumlah alat lain yang sebagian ditinggalkan dalam
perkembangan jaman. Bahwa terjadilah suatu perkembangan musik gamelan
(sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi musik ini hingga tidak ada
bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.
Pada
masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan
Kerajaan Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037),
Setelah itu dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada abad 13. Wilayah
kekuasaan sampai Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden Wijaya dengan
patihnya yang tersohor Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada
tahun 1350-1389 merupakan puncak kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan
Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk dalam
wilayah Nusantara (itu nama wilayah kerajaan Majapahit di luar pulau
Jawa).
Maka tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke seluruh Nusantara.
Namun
itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan.
Meskipun tangga nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya
musik di luar Jawa dan Bali mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta
melodic yang agak sederhana berdasarkan tangga nada pentatonic tanpa
setengah nada (pentatonic anhemitonis) adalah ciri khasnya.
Pada
akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya
satu alat belum ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum
tentu semua alat dimainkan selalu bersama-sama. Mungkin sekali terdapat
suatu ansambel dengan alat musik lembut yang terutama dipakai di dalam
ruang dengan gender, gambang dan suling.
Selain
itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal
(di Jawa sudah tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar
gedung untuk pesta dan pawai. Ansambel alat yang keras seperti di Jawa
terdapat terdapat pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias dan Flores
Barat.
Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam ini juga.
Menurur Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman Hindu.
Dan inipun terjadi dalam perkembangan waktu.
1389
– 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit.
Sementara itu di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
yang berkuasa sampai Sumetera.
1511
Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522).
Sementara itu di Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri
Kesultanan Demak menguasai seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa.
Bersama dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula alat musik Arab: misalnya rebana, rebab, gambus.
Namun
alat musik ini berkembang di Indonesia : berbedalah bentuk dan cara
bermain rebab: di Jawa,Bali, Sulsel, Sumba (di Sumba rebab ini disebut
‘dunggak roro’) dengan dua dawai; di Sumatera, Kalimantan, Sulut dan
Maluku dengan satu dawai; di Aceh dengan tiga dawai.
Berbedalah
pula nama rebana: terbang, trebang, robana, rabana. Sedangkan gambus
{sejenis gitar/mandolin) biasanya dilengkapi dengan alat seperti biola,
akordeon, gendang, seruling, bas menjadi orkes gambus. Dengan kata lain:
alat musik ini mengalami suatu proses pengintegrasian ke dalam tradisi
musik Indonesia.
C. Jaman Modern / Masa Kini
Banyak
tema legu dalam bermusik. Sehingga karya para musisi terdahulu masih
enak dan layak di perkembangan dunia musik modern yang semakin meningkat
telah merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat serta
berkesinambungan dari generasi ke generasi sehingga telah menghasilkan
begitu banyak karya yang patut di banggakan. Pesatnya kemajuan industri
musik di tanah air pada saat ini di imbangi dengan banyak bermunculannya
insan – insan musik yang mendatangkan angin segar bagi industri
tersebut. Seperti halnya dunia film, dunia musik juga mempunyai pasar
serta penggemar yang banyak dengan aliran musik yang di anutnya, maka
berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo untuk meniru. Dengan
banyak bermunculannya pendatang baru di dunia musik, maka banyak pula
karya- karyaserya penghargaan – penghargaantentang musik yang sudah di
hasilkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ditingkatkan
dandikembangkan bakat generasi muda Indonesia di bidang musik, khususnya
mengenai sejarah, perkembangan serta pengetahuan tentang dunia musik
yang sifatnya universal tersebut. Selain itu mereka juga diharapkanmampu
untuk memperkenalkan karya – karyake kancah nasional maupun
internasional, sebagai hal yang patutdibanggakan, dikembangkan,
dipertahankan serta di lstarikankeberadaannya. Mengingat untuk
perkembangan dunia musik modern itu sendiri di Indonesia belum ada wadah
yang dapat memberi informasi yang akurat tentang segala hal tentang
dunia musik moderndi Indonesia. Sedangkan fasilitas untuk mleakukan
pelestarian terhadap karya- karya serta penghargaan musik tersebut belum
benar – benar ada. Oleh karena itu diharapkan adanya suatu wadah yang
dapat menampung karya, penghargaan, minat serta aspirasi yang dapat
meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang musik modern yang
merupakan salah satu warisan khasanah budaya Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Seiring
dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis
musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik
negeri India yang banyak diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari
perkembangan ini, terjadilah perpaduan musik asing dengan musik
Indonesia. Musik India juga berpadu dengan musik melayu yang kemudian
menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncullah berbagai musisi
Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang
pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur
musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering
disebut musik etnis.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
1. Musik Daerah/Tradisional
Ciri
khas jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat
musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan
melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Seni tradisi yang
merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya. Musik jenis ini terdiri dari :
1. Instrumen Musik Perkusi.
Antara lain : Gamelan, Talempong, Kulintang, Arumba dan Kendang.
2. Instrumen Musik Petik
Antara lain : Kecapi, Sasando dan Sampek.
3. Instrument Musik Gesek
Antara lain : Rebab dan Ohyan.
4. Instrument Musik Tiup
Antara lain : Suling, Saluang, Serunai, dan Serompet atau Tarompet.
2. Musik Keroncong
Ciri
musik jenis ini adalah pada harmoni musik dan improvisasi yang sangat
terbatas. Umumnya lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama.
Syair- syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang
diselingi dengan permainan alat musik.
3. Musik Dangdut
Ciri
khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat
musik perkusi yang menghasilkan bunyi ndut) dan iramanya yang ringan,
sehingga mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota
badannya.
4. Musik Perjuangan
Ciri
khas dari musik ini terletak pada syair- syairnya yang umumnya berisi
ajakan untuk berjuang, ajakan untuk berkorban demi tanah air, dan
sejenisnya. Irama musiknya cepat dan semangat, serta diakhiri dengan
semarak.
5. Musik Populer (Pop)
Musik
ini memiliki ciri, dalam penggunaan ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Biasanya, para musisinya juga
menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik
dan penghayatan pendengar atau penikmatnya. Musik pop dibedakan menjadi
musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.