Selfie atau memotret diri sendiri bisa jadi ajang aktualisasi diri.
Jadi sekali-dua kali selfie mungkin tak jadi soal. Lantas bagaimana
dengan yang keranjingan selfie? Apa kabar kesehatan mentalnya?
Politisi
yang juga psikiater, dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menegaskan selfie
dapat memicu munculnya gejala gangguan kepribadian seperti narsisistik
dan histrinoik (caper atau ingin jadi pusat perhatian).
"Gangguan
kepribadian ini bukan timbul karena yang bersangkutan sering selfie.
Kemungkinan sudah terbentuk kepribadian tersebut lalu ditemukan
mediumnya untuk memunculkan gejala," katanya.
Apa saja dampak
selfie terhadap kesehatan mental seseorang, apalagi bila sudah sampai
pada taraf keranjingan?
1. Narsis
Seperti halnya yang dialami seorang pemuda bernama Kurt Coleman dari
Australia. Hampir setiap hari ia lewatkan dengan berfoto selfie, yang
kemudian ia unggah ke berbagai akun jejaring sosial miliknya, seperti
Instagram dan Facebook.
Tak lupa dalam setiap fotonya, Kurt
selalu memuji dirinya sendiri. "I'm in love with this photo of me,
SimplyAmazing," tulisnya pada salah satu foto di Instagram saat berpose
mengenakan jaket jeans atau "Aku tampan dan aku mencintai diriku
sendiri," tulisnya dalam kesempatan lain
2. Adiksi atau kecanduan
Bisa dibilang kasus yang dialami remaja asal Inggris bernama Danny
Bowman terbilang langka. Pasalnya ia sangat terobsesi pada foto selfie
yang sempurna. Hingga bila hasil jepretannya tak memuaskan, Danny akan
frustrasi, tak mau keluar rumah dan menolak makan.
Bahkan suatu ketika remaja berusia 19 tahun itu pernah mencoba bunuh diri dengan overdosis obat.
3. Histrionik
Mungkin belum banyak yang pernah mendengar istilah histrionik ini. Ini
sebenarnya merupakan gangguan kepribadian di mana penderitanya ingin
menjadi pusat perhatian. Sebagian besar penggila selfie sering
diidentikkan dengan kondisi ini, tentu saja di samping narsis.
Seperti
halnya yang terjadi pada wanita bernama Triana Lavey dari Los Angeles.
Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya terlihat cantik saat
selfie. Ia pun mengaku menghabiskan uang hingga sebanyak Rp 174 juta
hanya untuk operasi plastik, di antaranya implan dagu dan operasi
hidung.
"Kini aku memiliki wajah yang selalu aku idamkan. Aku
seperti diriku dengan versi photoshop," ujar wanita berambut brunette
itu dengan bangga
4. Body Dismorphic Disorder (BDD)
Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh University of Strathclyde, Ohio
University dan University of Iowa ditemukan bahwa semakin banyak wanita
melakukan selfie dan mengunggahnya di media sosial, maka semakin mereka
merasa insecure atau tidak nyaman dengan citra tubuhnya sendiri.
Apalagi
bila kegiatan ini disambi dengan mengamati selfie teman-temannya.
Karena ini akan memicu si wanita untuk membanding-bandingkan tubuhnya
dengan tubuh orang lain, dan hal ini semakin memicu mereka untuk
berpikir negatif tentang penampilannya.
"Mereka yang masih
berusia muda biasanya membandingkan diri mereka dengan foto-foto orang
lain di media sosial. Yang berbahaya, mereka pada akhirnya merasa
bersalah jika tubuh mereka tak seperti yang mereka lihat dari orang lain
di media sosial," kata peneliti Petya Eckler.
5. Eksibisionis
Eksibisionis atau kecenderungan untuk memamerkan bagian tubuh tertentu
kepada orang lain bisa juga dipicu oleh kebiasaan selfie. Seperti yang
terjadi pada seorang staf wanita di parlemen Swiss yang kedapatan
berpose bugil di gedung parlemen lantas mengunggahnya ke Twitter.
Anehnya,
ia merasa selfie bugil adalah bagian dari kehidupan pribadinya dan
mengaku sering melakukannya di jam kerja. Akan tetapi dr Tun Kurniasih
Batsaman SpKJ(K) dari Sanatorium Dharmawangsa mengingatkan seseorang
baru bisa dikatakan mengidap eksibisionis bila ia bisa memamerkan organ
intimnya ke orang lain untuk memuaskan hasrat seksualnya.
Sementara itu tidak diketahui apa motif si staf parlemen Swiss itu di balik kebiasaan selfie bugilnya di kantor.
Semoga bermanfaat.
Saturday, 28 February 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.